Selasa, 26 Juli 2011

Studi Pemetaan Titik Batas Bidang Tanah MenggunakanAplikasi GPS CORS dengan Metode RTK-NTRIP

Do you want to share?

Do you like this story?

INTISARI
Hambatan utama dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Indonesiaadalah kurang tersedianya titik dasar teknik yang digunakan sebagai titik ikat dalam kegiatantersebut. Selain itu, jumlah sumber daya manusia yang sedikit dan luasnya wilayah Indonesiamenjadi faktor penghambat lain yang menyebabkan pemetaan bidang di Indonesia tidak berjalansecara optimal.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukanlah pengukuran dengan menggunakanaplikasi GPS CORS. Tujuan dalam penelitian kali ini adalah untuk membuat peta bidang denganmenggunakan aplikasi GPS CORS metode RTK
( Real Time Kinematik)
NTRIP (
Networked Transportasi of RTCM via Internet Protocol
) serta menentukan ada tidaknya perbedaansignifikan koordinat hasil pengukuran batas bidang menggunakan GPS CORS-RTK NTRIPdibandingkan koordinat peta bidang hasil pengukuran teristris. Penelitian dilakukan di DesaBanyuraden, Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, DIY dengan mengambil 80 sampel bidang tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan stasiun GNSS CORS (GMU 01)sebagai
base stasion
dan dengan metode RTK NTRIP.Pengukuran dengan metode ini dapat menghasilkan bidang tanah pada daerah terbuka(persawahan) 6 sampai 7 kali lebih cepat dari metode konvensional. Pada hasil analisis dan ujistatistik yang telah dilakukan, ternyata ada perbedaan signifikan antara koordinat Survei GPSCORS-RTK NTRIP dan koordinat peta bidang dari pengukuran teristris yang diikatkan padaTDT orde-4.
ABSTRACT
Main obstacles in activity of measurement and mapping parcels of land in Indonesia isthe lack of available TDT used as tie points in these activities.

In addition, the number of humanresources and vast territory of Indonesia little into other inhibiting factors that led to mapping thefield in Indonesia is not running optimally.To overcome these problems, performs measurement by using applications of GPSCORS. The purpose of this research is to create a map of the field by using the method of application of GPS CORS RTK (Real Time Kinematic) NTRIP (networked Transport of RTCMvia Internet Protocol) and to determine whether there is any significant difference in the yield of field measurements using GPS-RTK CORS coordinates NTRIP compared with teristrial fieldmap measurements. Research conducted in the Village Banyuraden, District Gamping SlemanDistrict, Yogyakarta by taking 80 sample plots of land. Measurements performed using GPS

CORS station (GMU 01) as a base station and with RTK NTRIP.Measurements with this method can produce parcel maps in the open field up to seven parcels of land six times faster than conventional methods. On the analysis and statistical tests
that have been conducted, there were significant differences between the coordinates of CORS-RTK GPS Survey NTRIP and map coordinate fields from teristrial measurements tied to theTDT.
Kata Kunci : Pemetaan bidan tanah, peta bidang, GPS CORS, RTK-NTRIP
1.PENDAHULUAN
Tertib administrasi bidang di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah No 24tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Hal – hal yag dilakukan pada kegiatan pendaftaran tanahyang meliputi kegiatan pengukuran, pemetaan bidang tanah, dan pembukuan tanah yangdirealisasikan dengan dilakukannya pengadaan titik dasar teknik nasioanal orde 0, 1, 2, 3, danorde 4 oleh suatu instansi pemerintah yaitu BPN RI dan Bakosurtanal.Dalam melaksanakan tugas pemetaan bidang tanah, BPN (Badan Pertanahan Nasional )dihadapkan pada kendala dan masalah yang berakibat pada belum terdaftarnya seluruh bidangtanah di wilayah Indonesia. Sampai saat ini bidang tanah yang sudah terdaftar resmi dandipetakan di BPN baru 30 juta dari total 80 juta bidang tanah di Indonesia
(Sunarto,2007)
.Pemetaan bidang di Indonesia dapat dikatakan sangat lambat karena masih banyak sekali bidangtanah yang belum terpetakan dan terdaftar sehingga menyusahkan beberapa pihak instansi untuk melakukan pengembangan untuk fungsi bidang tanah tersebut.Pemetaan bidang yang dilakukanoleh instansi pemerintah BPN masih menggunakan metode yang konvensional, sehingga pelaksanaan lebih lama, biaya lebih mahal dan tidak efisen.Selain itu kendala lainnya dalam pengukuran bidang tanah di Indonesia adalah penyediaan dan persebaran Titik Dasar Teknik yang digunakan sebagai referensi pengukuran bidang tanah yang belum mencakup seluruhwilayah Indoensia.Di Indonesia penggunaan peta bidang sebagian besar hanya digunakan untuk keperluan pendaftaran tanah dan penghitungan nilai pajak.Sehingga peta bidang yang dibuat kebanyakan belum mencakup seluruh kawasan Indonesia. Sampai saat ini peta bidang tanah belum dikeloladan dimanfaatkan secara optimal selain untuk dua fungsi utama yang telah sebutkan di atas. Disaat peta bidang tanah di negara lain sudah digunakan sebagai salah satu
basic building block
dalam pengembangan kebijakan geospasial mereka dan digunakan sebagai salah satu
fundamental dataset
.Berdasarkan dari fakta - fakta di atas, tergambar jelas bahwa kondisi peta bidang tanah diIndonesia membutuhkan perhatian yang lebih serius. Kurangnya sumber daya dan luasnyawilayah Indonesia sepertinya menjadi kendala tersendiri.
Salah satu teknologi pemetaan yang mulai dikembangkan di Indonesia yaitu GNSSCORS (
Global Navigation Sattelite System Continuously Operating Reference Stations
). Banyak dari instansi pemerintah maupun swasta yang mengembangkan teknologi ini untuk kebutuhanrekayasa dan penelitian yang berkaitan dengan posisi
.
CORS merupakan jaring kerangkageodetik aktif berupa stasiun permanen yang dilengkapi dengan
receiver
yang dapat menerimasinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS lainnya, yang beroperasi secara kontinyu selama dua puluh empat jam(
Yustia 2008)
.Sehingga terobosan terbaru pemetaan bidang tanah nantinyamenggunakan GPS CORS dengan menggunakan metode RTK
( Real Time Kinematik)
menggunkan NTRIP (
Networked Transport of RTCM via Internet Protocol
). RTK merupakanmetode yang berbasiskan pada
carrier phase
dalam penetuan posisi secara relatif dengan tingkatketelitian mencapai satuan centimeter secara
real time.
Tanpa mengabaikan data spasial lainnya, idealnya peta bidang tanah harus mulai menjadifokus pengembangan kebijakan geospasial di Indonesia.Adanya teknologi GPS CORS yang barumuncul di Indonesia diharapkan dapat membantu permasalahan pemetaan bidang tanah diIndonesia yang terkesan lambat dan menghabiskan biaya yang cukup besar. Teknologi GPSCORS menggunakan metode RTK
-
NTRIP dapat melakukan pengukuran dan pemetaan bidangtanah lebih cepat karena pengukuran yang dihasilkan langsung dalam sistem koordinat nasionalTM 3
0
dengan men-
setting
langsung dalam
receiver
GPS CORS tanpa harus melalui prosestransformasi koordinat dan pembuatan jaring GPS. Selain itu pengukuran dan pemetaan bidangtanah menggunakan GPS CORS RTK NTRIP dapat memberikan kualitas data posisi yang telitidan cakupan pengukurannya lebih luas.
2.METODOLOGI
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu untuk pembuatan peta bidang hasil pengukuran menggunakan GPS CORS-RTK NTRIP dan menentukan ada tidaknya perbedaansignifikan koordinat batas bidang tanah hasil pengukuran menggunakan GPS CORS-RTK  NTRIP yang dibandingkan dengan koordinat bidang tanah hasil pengukuran teristris yangdiikatkan pada TDT orde-4. Penelitian ini menggunakan sistem GNSS CORS dengan metodeRTK menggunakan NTRIP.CORS merupakan salah satu teknologi berbasis GNSS (
Global  Navigation Sattelite System
)yang dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi yang terkait dengan penentuan posisi. CORS merupakan jaring kerangka geodetik aktif berupa stasiun permanenyang dilengkapi dengan
receiver
yang dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS
lainnya (Sunantyo,2009).Sistem RTK merupakan prosedur DGPS
(Differential Global  Positioning System)
menggunakan data pengamatan fase, yang mana data atau koreksi fasedikirim secara seketika dari stasion referensi ke
receiver
pengguna.Penggunaan data pengamatanfase membuat informasi posisi yang dihasilkan memiliki ketelitian tinggi. Sistem RTK  berkembang setelah diperkenalkannya suatu teknik untuk memecahkan ambiguitas fase disaatreceiver dalam keadaan bergerak yang dikenal dengan metode penentuan ambiguitas fase secara
On The Fly
(
OTF
).Dengan adanya radio modem sehingga proses pengiriman data atau koreksifase dapat dilakukan secara seketika, membuat informasi posisi yang dihasilkan oleh sistem inidapat diperoleh secara seketika (Rahmadi, 1997).Penelitian ini dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan persiapan pengumpulan datadan alat,tahap survei pendahuluan lokasi penelitian, tahap pengaturan alat, tahap pengukuran batas bidang tanah dengan menggunakan GPS CORS RTK-NTRIP, tahap pengolahan data, dantahap analisis hitungan dan uji statistik.Tahap persiapan meliputi pemilihan lokasi penelitian, persiapan bahan penelitian, persiapan alat, dan persiapan prosedur penelitian.Lokasi dilaksanakannya penelitian yaitu didaerah Desa Banyuraden Kec. Gamping Kab. Sleman, DIY.Bahan penelitian yang berupa dataskunder adalah peta bidang tanah dengan skala 1:2500 (sesuai dengan lokasi penelitian) dariinstansi STPN. Persiapan alat meliputi persiapan peralatan yang digunakan untuk pemetaan bidang menggunakan sistem GPS CORS-RTK NTRIP antara lain Javad Triumph-1
Receiver, Antena
UHF/GSM,
Pen Stylus,
Victor
Data Collector, Hand Strap,
Victor
Bracket,
Kabel Serial,Kabel USB,
Power Supply, Extension cable, Power cable,
Tripod,
Hardcase
, dan Tribach. Padatahap ini,
base station
CORS Teknik Geodesi UGM (GMU1) harus dipastikan aktif dan tidak ada masalah pada sistem dan
software-
nya, sehingga setiap saat dapat dilakukan pengukuran


Gambar 2.1 Peralatan Javad Triumph-1Persiapan mengenai prosedur penelitian yaitu persiapan tentang cara penggunaan
receiver
Javad Triumph-1 secara manual yang diperoleh dari
vendor
alat tersebut. Dalamtahapan persiapan sebelum dilakukan pengukuran juga dipersiapkan Petunjuk Teknis atau Juknisuntuk pengukuran dan pemetaan bidang yang akan digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk  pengukuran bidang secara teknis di lapangan. Juknis yang digunakan sebagai acuan pada pengukuran bidang ini berasal dari PMNA No. 3 Tahun 1997 mengenai Petunjuk TeknisPengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah sesuai dengan PP no 24 Tahun 1997 dengan
LMPDP  BPN (Land Management and Policy Development Program)
.Setelah didapat bahan penelitian yang berupa peta bidang tanah kawasan DesaBanyuraden Kec. Gamping Kab. Sleman, DIY dengan skala 1:2500 kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel bidang tanah untuk penelitian. Sampel bidang tanah yang digunakanuntuk penelitian sebanyak 80 sampel bidang. Pengambilan sampel bidang tersebut letaknya berdekatan dengan TDT orde – 4 no 166. Kondisi lokasinya lebih banyak persawahan dan sedikit bangunan rumah. Pemilihan lokasi ini dikarenakan kondisi batas-batas bidang pada daerahtersebut masih bagus dan masih banyak terdapat tanda batas bidang berupa patok batas. Setelahmenentukan lokasi penelitian, dilakukan perencanaan pengukuran dengan tujuan mendapatkan

koordinat titik batas bidang tanah pada daerah yang telah ditentukan.Pada pengukuran batas bidang ini menggunakan metode RTK yang menggunakan NTRIP, dimana yang digunakansebagai
base station
adalah GPS CORS Teknik Geodesi UGM (GMU1). Dalam proses ini juga,ditentukan waktu pengukuran dan lama perekaman data dengan
sampling rate
1 detik selama 10sampai 15 detik per titik dengan solusi pengukuran
fix/float
.Pekerjaan pengukuran titik batas bidang menggunakan aplikasi GPS CORS-RTK NTRIPdapat dilihat pada gambar ilustrasi sebagai berikut


menggunakan GPS CORS RTK-NTRIPPrinsip pengukurannya yaitu stasiun CORS Teknik Geodesi UGM (GMU1) berfungsisebagai stasiun referensi

(base station)

yang aktif 24 jam yang telah diketahui koordinatnya, dan

receiver

GPS Javad Triumph-1 berada di lapangan sebagai

rover

dengan metode RTK menggunakan NTRIP

. Rover

ini bergerak

(mobile)

dari satu titik batas bidang ke titik batas bidang yang lainnya untuk merekam setiap titik batas bidang sampai mendapatkan sampel 80 bidang tanah. Bidang tanah yang diambil untuk sempel adalah bidang tanah yang masihmempunyai tanda batas bidang, seperti Gambar 2.3 pengambilan titik batas bidangnya padatengah patok





Gambar 2.3 Pengambilan titik tengah pada patok batasSetelah tahap pengumpulan data selesai, kemudian masuk pada tahapan pengolahandata.Data pengukuran sebelumnya di-

download

terlebih dahulu menggunakan

 softwareActiveSync.

Data yang sudah di-

download

berupa file

raw data

(*.txt), lalu dipindahkanke

 software Microsoft Excel

agar mudah diolah data koordinatnya. Data koordinat hasil pengolahan lalu diplot pada

 software Autocad Land Deskstop 2004,

sehingga diperoleh peta bidang tanah dengan koordinat titik batas bidang hasil pengukuran menggunakan aplikasi GPSCORS-RTK NTRIP.Pada penelitian juga ini akan dilakukan uji signifikasi perbedaan antara koordinat bidangtanah hasil pengukuran GPS CORS menggunakan metode RTK NTRIP dengan koordinat peta bidang hasil pengukuran teristris yang diikatkan pada TDT orde-4 dengan uji-t

.

Pengujian pada penelitian ini menggunakan uji

two tail test

yang berdasarkan jenis

 statistik parametris

denganasumsi bahwa sampel yang diambil berdistribusi nomal atau hamper normal dan dilakukandengan sampel yang besar (n > 30).Pertama mencari nilai dE dan dN antara koordinat batas bidang tanah hasil pengukuranGPS CORS dengan koordinat di peta bidang hasil pengukuran teristris yang diikatkan pada TDTorde-4 pada setiap titik batas bidang. Rumus dE dan dN :dE = X

i

– x

i

, dN = Y

i

– y

i

….……..…………………..(2.1)Kemudian, dihitung pergeseran lateral antara koordinat yang diukur dengan GPS CORSdengan koordinat di peta bidang hasil pengukuran teristris.Secara umum rumusnya:








 patok batas bidang , misalnya patok yang miring ataupun yang sudah hancur. Disamping itu,faktor prgeseran lempeng bumi akibat gempa bumi juga bisa menyebabkan pergeseran koordinatmeski efeknya tidak terlalu signifikan.Berikut ini adalah contoh gambar tanda (patok) batas bidang yang miring ataupun yang sudah hancur.Gambar 3.5. Patok yang rusak/miringPada gambar 3.5 telihat bahwa kondisi pada beberapa tanda batas (patok) bidang tanahmengalami pergeseran akibat rusak , miring atau dipindahkannya dari posisi aslinya, sehinggadapat menyebabkan pergeseran koordinat titik batas bidang tanah.

4.KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan :

1.

Peta bidang yang dihasilkan dari pengukuran titik batas bidang menggunakan GPSCORS-RTK NTRIP pada daerah persawahan mempunyai perbandingan dengan peta bidang hasil pengukuran teristris yang diikatkan dengan TDT orde-4 mempunyai pergeseran lateral rata-rata untuk keseluruhan batas bidang untuk dE

(Easting)

= 0,239 msedangkan untuk dN

(Northing)

= 0,227 m.

2.

Peta bidang yang dihasilkan dari pengukuran menggunkan GPS CORS-RTK NTRIPdapat langsung menghasilkan koordinat dalam sistem proyeksi TM3

0

, sehingga peta bidang nantinya dapat diketahui nomor lembar petanya.

3.

Pengukuran bidang tanah menggunakan aplikasi GPS CORS metode RTK menggunakan NTRIP untuk daerah terbuka (misalnya persawahan) dapat melakukan pemetaan lebihcepat antara 6 sampai 7 kali dibandingkan pemetaan bidang menggunakan metode




undefined








teristris (pita ukur) selain itu tergantung juga pada beberapa faktor seperti jaringaninternat, jumlah satelit yang didapat pada saat pengukuran .

4.

Koordinat titik batas bidang hasil pengukuran terhadap 80 bidang tanah menggunakanGPS CORS – RTK NTRIP memiliki rata-rata nilai HRMS 0,015 m pada kondisi pengukuran

(solution type)

 fix

, sedangkan pada saat

 float

memiliki rata-rata nilai HRMSsebesar 0,076 m.

5.

Setelah dilakukan pengolahan data dan uji statistika (uji

two tail test

) pada 80 bidangsampel yang mempunyai 190 sampel titik batas bidang ( solusi

 fix dan float

) dengantingkat kepercayaan 95%, standar deviasi 0,346 m serta Nilai t

hit

= 17,109,

adaperbedaan signifikan

antara koordinat batas bidang tanah hasil pengukuran GPS CORS-RTK NTRIP dengan koordinat bidang tanah hasil pengukuran teristris yang diikatkan pada TDT orde-4. Hal ini terjadi karena faktor percepatan pembangunan infrastruktur daerah urban seperti jalan, rumah, dan lain-lain sehingga Titik Dasar Teknik orde-4 yangdigunakan untuk pengikatan ikut juga bergeser. Di samping itu, faktor pergeseranlempeng bumi akibat gempa bumi juga bisa menyebabkan pergeseran koordinat meskiefeknya tidak terlalu signifikan.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka untuk pengembangan lebih lanjutdisarankan agar :Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka untuk pengembangan pengukurandengan aplikasi GPS CORS lebih lanjut dapat disarankan agar :

1.

Perlu adanya kajian yang lebih khusus mengenai jarak optimal untuk pengukuran RTK  NTRIP menggunakan stasiun CORS sebagai

base stasion.

 2.Diperlukan kajian yang lebih lanjut mengenai studi pemanfaatan sistem GPS CORSdalam pengukuran bidang tanah pada kawasan yang mempunyai obstraksi yang lebihtertutup, dengan demikian dapat diketahui kualitas pengukuran bidang yang dihasilkan.

3.

Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi solusi pengukuran

(fix dan float)

menggunakan RTK NTRIP.4.Untuk pengukuran yang lebih optimal menggunakan aplikasi CORS diperlukan tambahansiyal satelit yang dapat diterima oleh receiver GNSS CORS, misalnya Glonass.5.Aplikasi GPS CORS menggunakan RTK NTRIP dapat digunakan sebagai metodealternatif untuk pengukuran bidang pada kawasan yang terbuka seperti persawahan, tetapi









untuk pengukuran bidang pada kawasan yang memiliki bangunan-bangunan padat tetapmenggunkan metode dengan pita ukur atau teodolit.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H.Z. 2005.

 Rekonstruksi Batas Persil Tanah di Aceh Pasca Tsunami : Beberapa Aspek dan Permasalahannya.

Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan. ISSN 1858-1390,Vol. I, No. 2, December, pp. 1-10.Lenz, Elmar. 2004.

 Networked Transport of RTCM via Internet Protocol (NTRIP) – Applicationand Benefit in Modern Surveying Systems

. Applications Engineer : EuropeLMPDP BPN. 2008.

Land Management and Policy Development Program

Petunjuk Teknis PMNA/ KBPN Nomor 3 Tahun 1997

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997. Tentang Pendaftaran Tanah.Rahmadi,Eko. 1997.

 Penentuan Dan Perekonstruksian Batas-Batas Bidang Tanah DenganSistem RTK - GPS ( Real Time Kinematic Global Positioning System )

. Skripsi. JurusanTeknik Geodesi. FTSP ITB. BandungRizos, Chris.2009.

Global and National Geodesy, GNSS Surveying, and CORS Infrastructure

. 7thFIG Regional Conference, Spatial Data Serving People: Land Governance and theEnvironment – Building the Capacity 19-22 October 2009. Hanoi. Vietnam.Sunantyo, Aris T. 2009,

GNSS CORS Infrastructure And Standard In Indonesia

. 7th FIGRegional Conference, Spatial Data Serving People: Land Governance and theEnvironment – Building the Capacity 19-22 October 2009. Hanoi. Vietnam.Sunarto, K. 2007.

 Percepatan Ketersediaan Peta Kadaster Sebagai Data Dasar Pembangunan Lingkungan

. URL: 202.51.30.13 8/gwan/MAKALAH/ Kris%20Sunarto.pdf. Diunduh pada : 5 Desember 2009Yustia, W. S. 2008.

Studi Pemanfaatan Sistem GPS CORS Dalam Rangka Pengukuran Bidang Tanah.

Sripsi. DepartemenTeknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.Institut Teknologi Bandung






YOU MIGHT ALSO LIKE

5 comments:

Ethanael mengatakan...

I'm imepressd by your writing. Are you a professional or just very knowledgeable?

Reinaldo Campau mengatakan...

Aloha dude! Where can I read additional information on this topic?

jasa16 mengatakan...

I only measurement tool users with the latest technology just is not far from it, thanks

jasa16 mengatakan...

of course also on this blog, but at this time because we kesiukan this blog so infrequently updated, thanks

anandana mengatakan...

apa yang dimaksud dengan PDOP ma HRMS? apa pengaruhnya terhadap posisi?

Posting Komentar

Advertisements

Advertisements