You Might Also Like

Tampilkan postingan dengan label Teknologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teknologi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Agustus 2011

Tutorial Topcon Download Data

Dapat pinjaman modem langsung aja posting ..... hehe
Download data total Station Topcon GTS 235N ke dalam komputer.
Berikut ini Langkah-langkahnya (Topcon Link Versi 4.11).

1. Buka program software Topcon Link ( Klik 2X Shourtcut Topcon Link ).
Apabila tidak ada shourtcut nya Klik ( Start-Programs-Topcon-Topcon Link).


2. Pilih file, pilih import from device.
3. Pilih Robotic Total Station, klik next.
Sebelum menekan tombol start pada kotak dialog download file from Total station.
Lakukan persiapan pada alat total station sebagai berikut :
- Tekan Tombol Menu pada Total Station, Pilih Memory MGR (F3).
Tampilan Layar
Menu
F1:Data collect
F2:Layout
F3:Memori MGR P

- Tekan Tombol (F4) sebanyak dua kali, Pilih Data Transfer (F1).
Tampilan Layar
Memory MGR
F1 : Data Transfer
F2 : Initialize

- Anda dapat memilih GTS Format(F1) atau SSS Format(F2).
Tampilan Layar
Data Transfer
F1 : GTS Format
F2 : SSS Format

- Tekan Tombol F1
Tampilan Layar
Data Transfer
F1 : Send Data
F2 : Load Data
F3 : Comm Parameters

- Tekan (F1) / (F2)
Tampilan Layar
Send Data
F1 : Meas Data {data pengukuran Berupa data RAW}
F2 : Coordinat Data{data koordinat hasil perhitungan pada unit total station}.

- Tekan F1 atau F2
- Klik Start Setelah kabel serial terhubung dari total station ke komputer.


Jika anda memilih F3)Comm Parameters lakukan setting
- Pilih Protocol : One Way
Baud Rate : 9600
Char./Parity : 8/NONE
Stop Bits : 1
setiap nilai yang dimasukkan diakhiri dengan tombol (F4).

- Kembali ke lembar Data transfer dilakukan dengan menekan tombol (ESC).
Pilih Send data (F1).
Tampilan Layar
Data Transfer
F1 : Send Data
F2 : Load Data
F3 : Comm Parameters

- Tekan F1 atau F2
Tampilan Layar
Send Data
F1 : Meas Data {data pengukuran Berupa data RAW}
F2 : Coordinat Data{data koordinat hasil perhitungan pada unit total station}.
- Klik Start Setelah kabel serial terhubung dari total station ke komputer.

4. Tekan OK akan muncul tampilan data – data Koordinat.
5. Langkah selanjutnya yaitu menyimpan data tersebut ke dalam format
AutoCAD / Landdekstop, simpan dengan misal nama Coba dengan format pnt,dxf,txt.

Untuk men download Versi Pdf, silahkan anda klik link di bawah ini :
DOWNLOAD

source

Selasa, 26 Juli 2011

Studi Pemetaan Titik Batas Bidang Tanah MenggunakanAplikasi GPS CORS dengan Metode RTK-NTRIP

INTISARI
Hambatan utama dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Indonesiaadalah kurang tersedianya titik dasar teknik yang digunakan sebagai titik ikat dalam kegiatantersebut. Selain itu, jumlah sumber daya manusia yang sedikit dan luasnya wilayah Indonesiamenjadi faktor penghambat lain yang menyebabkan pemetaan bidang di Indonesia tidak berjalansecara optimal.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukanlah pengukuran dengan menggunakanaplikasi GPS CORS. Tujuan dalam penelitian kali ini adalah untuk membuat peta bidang denganmenggunakan aplikasi GPS CORS metode RTK
( Real Time Kinematik)
NTRIP (
Networked Transportasi of RTCM via Internet Protocol
) serta menentukan ada tidaknya perbedaansignifikan koordinat hasil pengukuran batas bidang menggunakan GPS CORS-RTK NTRIPdibandingkan koordinat peta bidang hasil pengukuran teristris. Penelitian dilakukan di DesaBanyuraden, Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, DIY dengan mengambil 80 sampel bidang tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan stasiun GNSS CORS (GMU 01)sebagai
base stasion
dan dengan metode RTK NTRIP.Pengukuran dengan metode ini dapat menghasilkan bidang tanah pada daerah terbuka(persawahan) 6 sampai 7 kali lebih cepat dari metode konvensional. Pada hasil analisis dan ujistatistik yang telah dilakukan, ternyata ada perbedaan signifikan antara koordinat Survei GPSCORS-RTK NTRIP dan koordinat peta bidang dari pengukuran teristris yang diikatkan padaTDT orde-4.
ABSTRACT
Main obstacles in activity of measurement and mapping parcels of land in Indonesia isthe lack of available TDT used as tie points in these activities.

In addition, the number of humanresources and vast territory of Indonesia little into other inhibiting factors that led to mapping thefield in Indonesia is not running optimally.To overcome these problems, performs measurement by using applications of GPSCORS. The purpose of this research is to create a map of the field by using the method of application of GPS CORS RTK (Real Time Kinematic) NTRIP (networked Transport of RTCMvia Internet Protocol) and to determine whether there is any significant difference in the yield of field measurements using GPS-RTK CORS coordinates NTRIP compared with teristrial fieldmap measurements. Research conducted in the Village Banyuraden, District Gamping SlemanDistrict, Yogyakarta by taking 80 sample plots of land. Measurements performed using GPS

CORS station (GMU 01) as a base station and with RTK NTRIP.Measurements with this method can produce parcel maps in the open field up to seven parcels of land six times faster than conventional methods. On the analysis and statistical tests
that have been conducted, there were significant differences between the coordinates of CORS-RTK GPS Survey NTRIP and map coordinate fields from teristrial measurements tied to theTDT.
Kata Kunci : Pemetaan bidan tanah, peta bidang, GPS CORS, RTK-NTRIP
1.PENDAHULUAN
Tertib administrasi bidang di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah No 24tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Hal – hal yag dilakukan pada kegiatan pendaftaran tanahyang meliputi kegiatan pengukuran, pemetaan bidang tanah, dan pembukuan tanah yangdirealisasikan dengan dilakukannya pengadaan titik dasar teknik nasioanal orde 0, 1, 2, 3, danorde 4 oleh suatu instansi pemerintah yaitu BPN RI dan Bakosurtanal.Dalam melaksanakan tugas pemetaan bidang tanah, BPN (Badan Pertanahan Nasional )dihadapkan pada kendala dan masalah yang berakibat pada belum terdaftarnya seluruh bidangtanah di wilayah Indonesia. Sampai saat ini bidang tanah yang sudah terdaftar resmi dandipetakan di BPN baru 30 juta dari total 80 juta bidang tanah di Indonesia
(Sunarto,2007)
.Pemetaan bidang di Indonesia dapat dikatakan sangat lambat karena masih banyak sekali bidangtanah yang belum terpetakan dan terdaftar sehingga menyusahkan beberapa pihak instansi untuk melakukan pengembangan untuk fungsi bidang tanah tersebut.Pemetaan bidang yang dilakukanoleh instansi pemerintah BPN masih menggunakan metode yang konvensional, sehingga pelaksanaan lebih lama, biaya lebih mahal dan tidak efisen.Selain itu kendala lainnya dalam pengukuran bidang tanah di Indonesia adalah penyediaan dan persebaran Titik Dasar Teknik yang digunakan sebagai referensi pengukuran bidang tanah yang belum mencakup seluruhwilayah Indoensia.Di Indonesia penggunaan peta bidang sebagian besar hanya digunakan untuk keperluan pendaftaran tanah dan penghitungan nilai pajak.Sehingga peta bidang yang dibuat kebanyakan belum mencakup seluruh kawasan Indonesia. Sampai saat ini peta bidang tanah belum dikeloladan dimanfaatkan secara optimal selain untuk dua fungsi utama yang telah sebutkan di atas. Disaat peta bidang tanah di negara lain sudah digunakan sebagai salah satu
basic building block
dalam pengembangan kebijakan geospasial mereka dan digunakan sebagai salah satu
fundamental dataset
.Berdasarkan dari fakta - fakta di atas, tergambar jelas bahwa kondisi peta bidang tanah diIndonesia membutuhkan perhatian yang lebih serius. Kurangnya sumber daya dan luasnyawilayah Indonesia sepertinya menjadi kendala tersendiri.
Salah satu teknologi pemetaan yang mulai dikembangkan di Indonesia yaitu GNSSCORS (
Global Navigation Sattelite System Continuously Operating Reference Stations
). Banyak dari instansi pemerintah maupun swasta yang mengembangkan teknologi ini untuk kebutuhanrekayasa dan penelitian yang berkaitan dengan posisi
.
CORS merupakan jaring kerangkageodetik aktif berupa stasiun permanen yang dilengkapi dengan
receiver
yang dapat menerimasinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS lainnya, yang beroperasi secara kontinyu selama dua puluh empat jam(
Yustia 2008)
.Sehingga terobosan terbaru pemetaan bidang tanah nantinyamenggunakan GPS CORS dengan menggunakan metode RTK
( Real Time Kinematik)
menggunkan NTRIP (
Networked Transport of RTCM via Internet Protocol
). RTK merupakanmetode yang berbasiskan pada
carrier phase
dalam penetuan posisi secara relatif dengan tingkatketelitian mencapai satuan centimeter secara
real time.
Tanpa mengabaikan data spasial lainnya, idealnya peta bidang tanah harus mulai menjadifokus pengembangan kebijakan geospasial di Indonesia.Adanya teknologi GPS CORS yang barumuncul di Indonesia diharapkan dapat membantu permasalahan pemetaan bidang tanah diIndonesia yang terkesan lambat dan menghabiskan biaya yang cukup besar. Teknologi GPSCORS menggunakan metode RTK
-
NTRIP dapat melakukan pengukuran dan pemetaan bidangtanah lebih cepat karena pengukuran yang dihasilkan langsung dalam sistem koordinat nasionalTM 3
0
dengan men-
setting
langsung dalam
receiver
GPS CORS tanpa harus melalui prosestransformasi koordinat dan pembuatan jaring GPS. Selain itu pengukuran dan pemetaan bidangtanah menggunakan GPS CORS RTK NTRIP dapat memberikan kualitas data posisi yang telitidan cakupan pengukurannya lebih luas.
2.METODOLOGI
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu untuk pembuatan peta bidang hasil pengukuran menggunakan GPS CORS-RTK NTRIP dan menentukan ada tidaknya perbedaansignifikan koordinat batas bidang tanah hasil pengukuran menggunakan GPS CORS-RTK  NTRIP yang dibandingkan dengan koordinat bidang tanah hasil pengukuran teristris yangdiikatkan pada TDT orde-4. Penelitian ini menggunakan sistem GNSS CORS dengan metodeRTK menggunakan NTRIP.CORS merupakan salah satu teknologi berbasis GNSS (
Global  Navigation Sattelite System
)yang dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi yang terkait dengan penentuan posisi. CORS merupakan jaring kerangka geodetik aktif berupa stasiun permanenyang dilengkapi dengan
receiver
yang dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS
lainnya (Sunantyo,2009).Sistem RTK merupakan prosedur DGPS
(Differential Global  Positioning System)
menggunakan data pengamatan fase, yang mana data atau koreksi fasedikirim secara seketika dari stasion referensi ke
receiver
pengguna.Penggunaan data pengamatanfase membuat informasi posisi yang dihasilkan memiliki ketelitian tinggi. Sistem RTK  berkembang setelah diperkenalkannya suatu teknik untuk memecahkan ambiguitas fase disaatreceiver dalam keadaan bergerak yang dikenal dengan metode penentuan ambiguitas fase secara
On The Fly
(
OTF
).Dengan adanya radio modem sehingga proses pengiriman data atau koreksifase dapat dilakukan secara seketika, membuat informasi posisi yang dihasilkan oleh sistem inidapat diperoleh secara seketika (Rahmadi, 1997).Penelitian ini dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan persiapan pengumpulan datadan alat,tahap survei pendahuluan lokasi penelitian, tahap pengaturan alat, tahap pengukuran batas bidang tanah dengan menggunakan GPS CORS RTK-NTRIP, tahap pengolahan data, dantahap analisis hitungan dan uji statistik.Tahap persiapan meliputi pemilihan lokasi penelitian, persiapan bahan penelitian, persiapan alat, dan persiapan prosedur penelitian.Lokasi dilaksanakannya penelitian yaitu didaerah Desa Banyuraden Kec. Gamping Kab. Sleman, DIY.Bahan penelitian yang berupa dataskunder adalah peta bidang tanah dengan skala 1:2500 (sesuai dengan lokasi penelitian) dariinstansi STPN. Persiapan alat meliputi persiapan peralatan yang digunakan untuk pemetaan bidang menggunakan sistem GPS CORS-RTK NTRIP antara lain Javad Triumph-1
Receiver, Antena
UHF/GSM,
Pen Stylus,
Victor
Data Collector, Hand Strap,
Victor
Bracket,
Kabel Serial,Kabel USB,
Power Supply, Extension cable, Power cable,
Tripod,
Hardcase
, dan Tribach. Padatahap ini,
base station
CORS Teknik Geodesi UGM (GMU1) harus dipastikan aktif dan tidak ada masalah pada sistem dan
software-
nya, sehingga setiap saat dapat dilakukan pengukuran


Gambar 2.1 Peralatan Javad Triumph-1Persiapan mengenai prosedur penelitian yaitu persiapan tentang cara penggunaan
receiver
Javad Triumph-1 secara manual yang diperoleh dari
vendor
alat tersebut. Dalamtahapan persiapan sebelum dilakukan pengukuran juga dipersiapkan Petunjuk Teknis atau Juknisuntuk pengukuran dan pemetaan bidang yang akan digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk  pengukuran bidang secara teknis di lapangan. Juknis yang digunakan sebagai acuan pada pengukuran bidang ini berasal dari PMNA No. 3 Tahun 1997 mengenai Petunjuk TeknisPengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah sesuai dengan PP no 24 Tahun 1997 dengan
LMPDP  BPN (Land Management and Policy Development Program)
.Setelah didapat bahan penelitian yang berupa peta bidang tanah kawasan DesaBanyuraden Kec. Gamping Kab. Sleman, DIY dengan skala 1:2500 kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel bidang tanah untuk penelitian. Sampel bidang tanah yang digunakanuntuk penelitian sebanyak 80 sampel bidang. Pengambilan sampel bidang tersebut letaknya berdekatan dengan TDT orde – 4 no 166. Kondisi lokasinya lebih banyak persawahan dan sedikit bangunan rumah. Pemilihan lokasi ini dikarenakan kondisi batas-batas bidang pada daerahtersebut masih bagus dan masih banyak terdapat tanda batas bidang berupa patok batas. Setelahmenentukan lokasi penelitian, dilakukan perencanaan pengukuran dengan tujuan mendapatkan

koordinat titik batas bidang tanah pada daerah yang telah ditentukan.Pada pengukuran batas bidang ini menggunakan metode RTK yang menggunakan NTRIP, dimana yang digunakansebagai
base station
adalah GPS CORS Teknik Geodesi UGM (GMU1). Dalam proses ini juga,ditentukan waktu pengukuran dan lama perekaman data dengan
sampling rate
1 detik selama 10sampai 15 detik per titik dengan solusi pengukuran
fix/float
.Pekerjaan pengukuran titik batas bidang menggunakan aplikasi GPS CORS-RTK NTRIPdapat dilihat pada gambar ilustrasi sebagai berikut


menggunakan GPS CORS RTK-NTRIPPrinsip pengukurannya yaitu stasiun CORS Teknik Geodesi UGM (GMU1) berfungsisebagai stasiun referensi

(base station)

yang aktif 24 jam yang telah diketahui koordinatnya, dan

receiver

GPS Javad Triumph-1 berada di lapangan sebagai

rover

dengan metode RTK menggunakan NTRIP

. Rover

ini bergerak

(mobile)

dari satu titik batas bidang ke titik batas bidang yang lainnya untuk merekam setiap titik batas bidang sampai mendapatkan sampel 80 bidang tanah. Bidang tanah yang diambil untuk sempel adalah bidang tanah yang masihmempunyai tanda batas bidang, seperti Gambar 2.3 pengambilan titik batas bidangnya padatengah patok





Gambar 2.3 Pengambilan titik tengah pada patok batasSetelah tahap pengumpulan data selesai, kemudian masuk pada tahapan pengolahandata.Data pengukuran sebelumnya di-

download

terlebih dahulu menggunakan

 softwareActiveSync.

Data yang sudah di-

download

berupa file

raw data

(*.txt), lalu dipindahkanke

 software Microsoft Excel

agar mudah diolah data koordinatnya. Data koordinat hasil pengolahan lalu diplot pada

 software Autocad Land Deskstop 2004,

sehingga diperoleh peta bidang tanah dengan koordinat titik batas bidang hasil pengukuran menggunakan aplikasi GPSCORS-RTK NTRIP.Pada penelitian juga ini akan dilakukan uji signifikasi perbedaan antara koordinat bidangtanah hasil pengukuran GPS CORS menggunakan metode RTK NTRIP dengan koordinat peta bidang hasil pengukuran teristris yang diikatkan pada TDT orde-4 dengan uji-t

.

Pengujian pada penelitian ini menggunakan uji

two tail test

yang berdasarkan jenis

 statistik parametris

denganasumsi bahwa sampel yang diambil berdistribusi nomal atau hamper normal dan dilakukandengan sampel yang besar (n > 30).Pertama mencari nilai dE dan dN antara koordinat batas bidang tanah hasil pengukuranGPS CORS dengan koordinat di peta bidang hasil pengukuran teristris yang diikatkan pada TDTorde-4 pada setiap titik batas bidang. Rumus dE dan dN :dE = X

i

– x

i

, dN = Y

i

– y

i

….……..…………………..(2.1)Kemudian, dihitung pergeseran lateral antara koordinat yang diukur dengan GPS CORSdengan koordinat di peta bidang hasil pengukuran teristris.Secara umum rumusnya:








 patok batas bidang , misalnya patok yang miring ataupun yang sudah hancur. Disamping itu,faktor prgeseran lempeng bumi akibat gempa bumi juga bisa menyebabkan pergeseran koordinatmeski efeknya tidak terlalu signifikan.Berikut ini adalah contoh gambar tanda (patok) batas bidang yang miring ataupun yang sudah hancur.Gambar 3.5. Patok yang rusak/miringPada gambar 3.5 telihat bahwa kondisi pada beberapa tanda batas (patok) bidang tanahmengalami pergeseran akibat rusak , miring atau dipindahkannya dari posisi aslinya, sehinggadapat menyebabkan pergeseran koordinat titik batas bidang tanah.

4.KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan :

1.

Peta bidang yang dihasilkan dari pengukuran titik batas bidang menggunakan GPSCORS-RTK NTRIP pada daerah persawahan mempunyai perbandingan dengan peta bidang hasil pengukuran teristris yang diikatkan dengan TDT orde-4 mempunyai pergeseran lateral rata-rata untuk keseluruhan batas bidang untuk dE

(Easting)

= 0,239 msedangkan untuk dN

(Northing)

= 0,227 m.

2.

Peta bidang yang dihasilkan dari pengukuran menggunkan GPS CORS-RTK NTRIPdapat langsung menghasilkan koordinat dalam sistem proyeksi TM3

0

, sehingga peta bidang nantinya dapat diketahui nomor lembar petanya.

3.

Pengukuran bidang tanah menggunakan aplikasi GPS CORS metode RTK menggunakan NTRIP untuk daerah terbuka (misalnya persawahan) dapat melakukan pemetaan lebihcepat antara 6 sampai 7 kali dibandingkan pemetaan bidang menggunakan metode




undefined








teristris (pita ukur) selain itu tergantung juga pada beberapa faktor seperti jaringaninternat, jumlah satelit yang didapat pada saat pengukuran .

4.

Koordinat titik batas bidang hasil pengukuran terhadap 80 bidang tanah menggunakanGPS CORS – RTK NTRIP memiliki rata-rata nilai HRMS 0,015 m pada kondisi pengukuran

(solution type)

 fix

, sedangkan pada saat

 float

memiliki rata-rata nilai HRMSsebesar 0,076 m.

5.

Setelah dilakukan pengolahan data dan uji statistika (uji

two tail test

) pada 80 bidangsampel yang mempunyai 190 sampel titik batas bidang ( solusi

 fix dan float

) dengantingkat kepercayaan 95%, standar deviasi 0,346 m serta Nilai t

hit

= 17,109,

adaperbedaan signifikan

antara koordinat batas bidang tanah hasil pengukuran GPS CORS-RTK NTRIP dengan koordinat bidang tanah hasil pengukuran teristris yang diikatkan pada TDT orde-4. Hal ini terjadi karena faktor percepatan pembangunan infrastruktur daerah urban seperti jalan, rumah, dan lain-lain sehingga Titik Dasar Teknik orde-4 yangdigunakan untuk pengikatan ikut juga bergeser. Di samping itu, faktor pergeseranlempeng bumi akibat gempa bumi juga bisa menyebabkan pergeseran koordinat meskiefeknya tidak terlalu signifikan.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka untuk pengembangan lebih lanjutdisarankan agar :Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka untuk pengembangan pengukurandengan aplikasi GPS CORS lebih lanjut dapat disarankan agar :

1.

Perlu adanya kajian yang lebih khusus mengenai jarak optimal untuk pengukuran RTK  NTRIP menggunakan stasiun CORS sebagai

base stasion.

 2.Diperlukan kajian yang lebih lanjut mengenai studi pemanfaatan sistem GPS CORSdalam pengukuran bidang tanah pada kawasan yang mempunyai obstraksi yang lebihtertutup, dengan demikian dapat diketahui kualitas pengukuran bidang yang dihasilkan.

3.

Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi solusi pengukuran

(fix dan float)

menggunakan RTK NTRIP.4.Untuk pengukuran yang lebih optimal menggunakan aplikasi CORS diperlukan tambahansiyal satelit yang dapat diterima oleh receiver GNSS CORS, misalnya Glonass.5.Aplikasi GPS CORS menggunakan RTK NTRIP dapat digunakan sebagai metodealternatif untuk pengukuran bidang pada kawasan yang terbuka seperti persawahan, tetapi









untuk pengukuran bidang pada kawasan yang memiliki bangunan-bangunan padat tetapmenggunkan metode dengan pita ukur atau teodolit.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H.Z. 2005.

 Rekonstruksi Batas Persil Tanah di Aceh Pasca Tsunami : Beberapa Aspek dan Permasalahannya.

Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan. ISSN 1858-1390,Vol. I, No. 2, December, pp. 1-10.Lenz, Elmar. 2004.

 Networked Transport of RTCM via Internet Protocol (NTRIP) – Applicationand Benefit in Modern Surveying Systems

. Applications Engineer : EuropeLMPDP BPN. 2008.

Land Management and Policy Development Program

Petunjuk Teknis PMNA/ KBPN Nomor 3 Tahun 1997

Materi Pengukuran Dan Pemetaan Pendaftaran Tanah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997. Tentang Pendaftaran Tanah.Rahmadi,Eko. 1997.

 Penentuan Dan Perekonstruksian Batas-Batas Bidang Tanah DenganSistem RTK - GPS ( Real Time Kinematic Global Positioning System )

. Skripsi. JurusanTeknik Geodesi. FTSP ITB. BandungRizos, Chris.2009.

Global and National Geodesy, GNSS Surveying, and CORS Infrastructure

. 7thFIG Regional Conference, Spatial Data Serving People: Land Governance and theEnvironment – Building the Capacity 19-22 October 2009. Hanoi. Vietnam.Sunantyo, Aris T. 2009,

GNSS CORS Infrastructure And Standard In Indonesia

. 7th FIGRegional Conference, Spatial Data Serving People: Land Governance and theEnvironment – Building the Capacity 19-22 October 2009. Hanoi. Vietnam.Sunarto, K. 2007.

 Percepatan Ketersediaan Peta Kadaster Sebagai Data Dasar Pembangunan Lingkungan

. URL: 202.51.30.13 8/gwan/MAKALAH/ Kris%20Sunarto.pdf. Diunduh pada : 5 Desember 2009Yustia, W. S. 2008.

Studi Pemanfaatan Sistem GPS CORS Dalam Rangka Pengukuran Bidang Tanah.

Sripsi. DepartemenTeknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.Institut Teknologi Bandung





Senin, 25 Juli 2011

Pengukuran tanah dengan GPS Cors

gps corsKegiatan pendaftaran tanah di Indonesia salah satunya bertujuan untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah yang dinyatakan dalam bentuk sertipikat. Dalam kegiatan pendaftaran tanah dilakukan pengukuran batas-batas bidang tanah dengan mengacu pada titik-titik dasar teknik yang dinyatakan dalam bentuk pilar orde 2, 3, dan 4 yang diselenggarakan oleh BPN-RI (Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia).

Jumlah titik dasar yang seharusnya dibangun di Indonesia mencapai jutaan sedangkan pada kenyataannya jumlah dan sebaran titik dasar yang ada belum merata dan menjangkau seluruh wilayah. Keterbatasan jumlah titik dasar ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor biaya pengadaan titik dasar yang tidak murah dan selanjutnya mempengaruhi waktu yang diperlukan BPN untuk melakukan sertifikasi seluruh bidang tanah di Indonesia.

Untuk mengatasi keterbatasan jumlah titik dasar dan mendukung percepatan sertifikasi bidang tanah, diusulkan sistem GPS CORS (Global Positioning System Continuously Operating Reference Stations) yang berwujud sebagai titik kerangka referensi yang dipasangi receiver GPS dan beroperasi secara kontinyu selama dua puluh empat jam.

Dalam suatu penelitian dilakukan kajian dan analisis mengenai pemanfaatan sistem GPS CORS dalam rangka pengukuran bidang tanah secara ekonomis dan efisien. Dalam pemanfaatan sistem GPS CORS ini, BPN harus mempersiapkan hal-hal terkait seperti pengembangan sumber daya manusia dan struktur organisasi di dalam BPN agar sistem GPS CORS dapat dimanfaatkan dalam pengukuran bidang tanah

Jumat, 08 Juli 2011

GIS Manajemen Program

Hari ini, sebagian besar organisasi pemerintah dan semakin banyak industri swasta memiliki beberapa jenis program GIS di tempat. Mereka berbeda dari berada di tahap awal mereka, untuk membangun kembali atau tuning up fase, menjadi selesai dan berubah sebagai teknologi baru dan aplikasi muncul. Workshop ini dirancang untuk memberikan panduan untuk mengelola program GIS. Ini akan terlihat pada manajer berbagai masalah organisasi dan teknis program harus alamat dalam rangka untuk mengembangkan program GIS yang sukses.
Diskusi akan mencakup pengelolaan aspek-aspek kunci dari program GIS dari staf dan anggaran untuk teknologi pengadaan dan bekerja dengan vendor. Berbagai contoh nyata akan disajikan menampilkan berbagai program GIS dan implementasi mereka.

Topik spesifik termasuk: Program pembangunan
Manajemen Proyek metode

  1. Penganggaran

  2. Kepegawaian

  3. Mempertahankan mendukung program

  4. Mengelola konsultan dan vendor


ditujukan Audiens

Program Pengelolaan GIS adalah suatu keharusan bagi siapa pun memulai pada sebuah program GIS, terlibat dengan GIS yang kurang sukses, atau mencari cara untuk meningkatkan keberhasilan implementasi.

program
Bagian 1. Pengantar dan Konteks Organisasi
Bagian 2. Perencanaan Strategis dan Kasus Bisnis
Bagian 3. Pelaksanaan Perencanaan dan Manajemen Proyek
Bagian 4. Struktur Organisasi dan Manajemen Orang
Bagian 5. Perencanaan Keuangan dan Manajemen
Bagian 6. Outsourcing / Vendor dan Pemilihan Kontraktor dan Manajemen
Bagian 7. Resource Planning Teknis, Desain dan Manajemen
Bagian 8. Hukum dan Kebijakan Kekhawatiran berdampak Informasi Manajemen dan Distribusi
Bagian 9. Ringkasan

Klik di sini untuk mendaftar

Tentang Ilmu Ukur Tanah

Salah satu aspek yang paling menarik dari setiap karir adalah fleksibilitas yang diberikan kepada karyawannya. Ilmu ukur tanah adalah suatu karir di mana fleksibilitas adalah keistimewaan utamanya.

Para surveyor modern melakukan lebih banyak daripada sekedar mengukur bidang tanah. Menurut Institution of Surveyors, Australia, mereka 'membantu polisi di tempat kejadian perkara, mereka memperkirakan gempa bumi, mereka menggunakan penggambaran komputer dan satelit untuk memantau perubahan lingkungan...dan, tentu saja, mereka memberitahu Anda di mana batas tanah Anda dan tetangga Anda'.

Proyeksikan peta karir Anda di Australia


Apabila perencanaan dan perancangan peta menarik hati Anda, simaklah program ilmu peta atau kartografi. Program studi lain dalam bidang ini mungkin mempunyai nama yang berbeda-beda seperti ‘teknik dan pengukuran tanah’, ‘ilmu ukur ruang’ atau ‘geomatika’ di berbagai lembaga.

Terdapat banyak spesialisasi pengukuran tanah tradisional seperti pengukuran batas tanah, laut, pertambangan atau teknik. Atau, cobalah bidang ‘geoinformatika’ seperti sistem informasi geografis, sistem informasi ruang atau penentuan posisi global (global positioning). Sistem ini menggunakan teknologi tinggi untuk mengumpulkan, menganalisis, menampilkan dan menangani informasi geografis dan ruang.

Anda akan menemukan mata kuliah pengukuran tanah di universitas di seluruh Australia. Tetapi ingatlah bahwa beberapa spesialisasi seringkali ditemukan di jurusan ilmu pengetahuan umum, ilmu terapan, TI atau gelar-gelar bidang teknologi.

Juga patut dipertimbangkan apa yang dapat ditawarkan sektor pendidikan dan pelatihan kejuruan (VET/vocational education and training) kepada Anda. Diploma atau diploma lanjutan dalam pengukuran tanah atau layanan informasi ruang akan memberikan pelatihan praktis dan teknis yang unggul—sangat baik apabila Anda adalah asisten atau teknisi pengukuran tanah yang sedang naik daun.

Pilihan untuk sarjana


Bahkan apabila karir Anda sedang berkembang, karir Anda dapat lebih dimajukan lagi melalui studi tingkat pascasarjana di Australia. Hampir semua program tingkat pascasarjana dalam pengukuran tanah dirancang untuk mereka yang telah lulus dan/atau bekerja dalam bidang ini atau yang berhubungan. Banyak yang menyelesaikan gelar riset. Mahasiswa jurusan praktik kerja mempunyai berbagai gelar yang dapat dipilih—pengukuran tanah, geomatika, ilmu informasi ruang, ilmu terapan.

Apabila Anda  pemula dan mempunyai pengetahuan terbatas mengenai ragam (dan rincian) karir dalam pengukuran tanah, berbicaralah kepada seseorang yang bekerja di bidang tersebut untuk mengetahui dengan pasti apa yang ada di dalamnya. Apabila Anda ingin memperluas pencarian mata kuliah Anda, lihatlah profil dalam ‘ilmu pengetahuan’, ‘agrikultur’, ‘arsitektur’, ‘tata lingkungan’, ‘studi lingkungan’ dan ‘teknik’.

Gunakan fungsi Search (Pencarian) kami untuk melihat daftar lembaga Australia yang menawarkan kualifikasi dalam bidang ini.

sumber

Senin, 04 Juli 2011

Gelombang Suara, Teknologi Andal untuk Pengukuran Tanah

alat ukur corsTeknologi gelombang suara memberikan harapan baru bagi kinerja pengukuran tanah di Indonesia. Teknologi ini sangat membantu kegiatan-kegiatan tersebut sebab penggunaan alat ukur yang bermuara pada teknologi gelombang suara tidak lagi tergantung cuaca, mendung dan terang. "Dengan teknologi gelombang suara, alat ukur tetap terus bisa dimanfaatkan. Sementara teknologi yang mengandalkan gelombang cahaya dirasa sudah ketinggalan sehingga menjadikan pendaftaran tanah dan pengukuran terkendala dan menjadikan semua terlambat," kata Dr. Ir. Irawan Sumarto, M.Sc., Wakil Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) Pusat, Selasa (24/5) di UC UGM, saat membuka workshop "RTK GNSS-CORS untuk Survei Kadastral".

Dengan teknologi baru yang bersumber pada gelombang suara, pengukuran-pengukuran bidang tanah dapat dilakukan setiap waktu. Pengukuran koordinat pojok tanah akan berlangsung secara cepat. "Kita tahu pengukuran itu tidak lagi dengan mencari titik-titik teknik di sekitar bidang tanah. Namun, titik-titik itu kini bertebaran di udara, bisa dilakukan setiap waktu sehari, seminggu, sebulan, setahun," tambahnya.

Dengan alat ukur yang berposisi selalu stand by, alat ukur tersebut tentu dapat dimanfaatkan untuk mengukur pojok tanah setiap saat. Dengan demikian, target pemerintah dalam waktu 15 tahun ke depan seluruh bidang tanah harus selesai terdaftar diharapkan terpenuhi. "Dengan volume pekerjaan 50 juta atau sekitar 3,5 juta hektar tanah yang dapat dirampungkan dalam waktu satu tahun atau sekitar 17.500 pengukuran bidang tanah setiap hari, maka target pemerintah dapat diselesaikan," jelas Irawan.

Irawan berharap teknologi ini dapat dimanfaatkan di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, baru sekitar 40 stasiun Continuously Operating Reference Station (CORS)/Jaringan Referensi Satelit Pertanahan (JPRS) di Jawa dan Bali yang digunakan sebagai referensi aktif dan real time guna mendukung program-program pertanahan. "Dengan berbagai reference-reference dalam waktu dua tahun diharapkan sudah mencakup seluruh wilayah di tanah air. Karenanya, teknologi yang relatif baru ini perlu disiapkan para surveior modern di BPN dan harus bisa memanfaatkan CORS/JRSP," pungkas Irawan. (Humas UGM/ Agung)

sumber : ugm.ac.id

Advertisements

Advertisements